Nanang, Inspirasi Peternak Muda di Bima NTB



Setiap jalan yang kita lalui pasti diiringi oleh ujian dan cobaan. Tugas kita hanya satu yaitu bertahan dan terus berkembang. Setidaknya itulah yang saya catat dari setiap proses yang telah dilalui oleh kawan saya yang satu ini.

Nanang, itulah namanya. Ia awalnya bekerja pada salah satu sekolah di Kota Bima sebagai tenaga honorer, yang kemudian memutuskan untuk berhenti dan merintis usaha sendiri. Mulai dari menjual pulsa, baju hingga akhirnya memulai usaha baru yaitu beternak ayam kampung. Akun Facebook yang bernama Nanang Makapori ini, juga aktif di LSM penanggulangan bencana.

Tidak mudah baginya memulai dan merintis usaha. Banyak tantangan, hambatan dan resiko yang dihadapi. Bahkan diawal ia menjual pulsa, modalnya ia pinjam di koperasi dengan bunga sekian persen. Dan beberapa bulan ia terpaksa berhenti jual pulsa, karna keuntungannya hanya berakhir di koperasi untuk melunasi bunga utang per bulannya. Tapi itulah bisnis. Semakin gagal, semakin besar keinginan untuk terus mencoba. Ia pun beralih ke bisnis yang lainnya, dan tetap belum mendapatkan hasil yang baik. Dan tidak sedikit orang yang menertawakannya. Bahkan ada ucapan dari kawannya "untuk apa kuliah, kalau hanya jual pulsa dan ternak ayam." Namun hal itu tidak membuatnya pesimis dan putus asa, malah mentalnya semakin kuat dan menambah semangatnya untuk terus berusaha.

Dan sekarang ia menggeluti usaha ternak ayam kampung. Yang mungkin di Kota dan Kabupaten Bima hanya beberapa orang yang memulai usaha ini. "Lagi-lagi banyak yang pesimis, kalau usahanya tidak akan berhasil. Karena lokasinya dianggap tidak strategis, luas lahan peternakannya sangat kecil, modalnya minim, tidak memiliki tenaga kerja dan bukan dari background ekonomi atau management." Namun hal itu ia tepiskan dan terus gigih meski dalam keterbatasan. Ia terus memutar otak dan mencari cara untuk mendapatkan modal agar bisa menambah kuota bibit ayam kampung.

Dukungan semangat dan motivasi dari keluarganya membuat iya semakin gigih berusaha, apalagi Ibunya yang telah memberinya modal untuk menambah kuota bisnisnya. Dan pada akhirnya semua ungkapan dan rasa pesimis kawan-kawannya runtuh dalam sekejap ketika usahanya sembilan puluh persen berhasil, meskipun masih dan hanya memanfaatkan lahan kecil di pekarangan rumahnya.

Nanang bermimpi dan memiliki harapan besar terhadap bisnis ayam kampungnya. Iya bermimpi suatu saat nanti iya akan mempunyai lahan sendiri yang besar di luar kampung. Karena bagaimana pun iya merasa lokasi bisnisnya tidak menjanjikan, karena berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat. Iya pun paham akan kesehatan dan dampak lingkungan.

Apa alasanmu berhenti jadi honorer dan beralih bisnis kecil-kecilan. Bukankah memakai baju dinas itu ber-GENGSI jika mengacu pada sudut pandang lingkungan sosial ke-Bima-an dewasa ini! tanyaku sedikit menyinggung pekerjaannya dulu.

Jawabannya sederhana. "Jika saya terus mempertahankan standar gengsi, maka saya akan menjadi generasi instan. Dan saya akan kehilangan banyak kesempatan. Saya tidak ingin terus berada pada lingkungan yang membuat saya tidak berkembang, tidak produktif dan justru akan memangkas potensi dan impian saya. Banyak diantara kita yang gengsi dan malu memulai hal terkecil walau hanya bertani dan beternak. Tapi hal terkecil ini, kalau kita yakini akan menjadi besar.”

Untuk memulai sesuatu, bukan dengan angan-angan, mimpi dan imajinasi. Yang dibutuhkan adalah mental yang kuat dan terlatih, berani serta konsisten. Disamping itu, tekat dan kerja keras adalah kunci utama untuk menuju keberhasilan.

Mental tidak akan terlatih dan potensi tidak akan tertempa jika kita terus menerus berada pada zona nyaman. Artinya kita hanya terpaku pada hal yang instan dan lari dari lingkaran hujatan dan jajahan setiap proses yang dilalui. Sikap pesimis dan putus asa pun berkembang biak, lambat laun justru akan menjadi benih-benih penghancur cita dan impian.

Saya pribadi sangat mengapresiasi apa yang telah dirintis oleh kawan saya ini. Justru ini harus dijadikan contoh. Bahwa tidak selamanya kita terus menunggu pekerjaan. Karna masih sangat banyak jalan untuk menciptakan peluang dan pekerjaan bagi diri sendiri dan orang lain. Hal ini jauh lebih bermanfaat, ketimbang salahkan pemerintah karena tidak menyediakan lahan pekerjaan.

Mau melewatkan umur produktif dengan berpangku tangan dan gengsi atau berpangku pengalaman dan bekerja keras. Tinggal dipilih gan. (Ardy)
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments :

Post a Comment