Tradisi penyambutan tamu banyak kita temukan di berbagai daerah belahan nusantara ini, terutama masyarakat yang masih menjaga tradisi turun temurun. Itu bisa ditemukan di desa-desa dan perkampungan adat. Adapun cara atau tradisi penyambutan tamu di desa adat umumnya dilakukan dengan nyanyian dan tarian serta beberapa atraksi yang disesuaikan pula dengan kelas tamu yang datang.
Di Bima sendiri baik Kota maupun Kabupaten dalam
penyambutan tamu umumnya dilakukan dengan tarian dan penaburan Bongi Monca
(Berasa Kuning). Berbeda dengan daerah lain, di desa adat Sambori sendiri
dilakukan dengan cara yang terbilang unik. Terlebih dahulu mereka menahan tamu
atau pengunjung yang hendak masuk di wilayahnya dengan menggunakan sepotong
bambu yang berukuran selebar jalan yang akan dilalui oleh tamu tersebut.
Tradisi ini mereka namakan Tapa Gala (Menahan dengan Bambu).
Belum selesai sampai disitu, setelah ditahan dengan menggunakan
sepotong bambu tersebut, giliran tetua adat atau orang yang dipercaya mengambil
sebilah parang dan diberikan kepada ketua rombongan atau yang mewakili. Parang
tersebut untuk memotong palang bambu. Setelah melakukan prosesing ritual itu,
barulah tamu bisa memasuki desa adat tersebut.
Dalam prosesi pernikahan juga Tapa Gala dilakukan ketika rombongan calon
pengantin pria memasuki Sambori. Tetua adat dan keluarga calon pengantin wanita
menahan para Tamu dengan membentangkan Bambu untuk dipotong. Sebelum pemotongan
bambu, dua belah pihak sambil melempar pantun yang memikat. Selanjutnya Bambu
dipotong oleh ketua rombongan untuk memasuki tempat Jambuta (Pesta).
Tradisi Tapa Gala bagi masyarakat Sambori dimaksudkan sebagai sebuah
penghormatan kepada tamu
untuk memotong dan menebas segala halangan rintangan yang terjadi selama
berkunjung di Sambori. Tapa Gala juga sebagai symbol kebersamaan antara
pendatang dengan warga Sambori.
Sumber:
AlanMalingi.worpres.com
0 comments :
Post a Comment